SIMALUNGUN-Mengapa Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba yang megah dan indah ini belum sepopuler Bali? Dengan potensi luar biasa, Danau Toba hanya butuh langkah strategis untuk menjadi ikon wisata dunia. Sudah siap untuk melihat Danau Toba bersinar?
Danau Toba, sebuah keajaiban alam yang terletak di Sumatera Utara, merupakan danau vulkanik terbesar di dunia. Danau Toba memiliki panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer dengan kedalaman hingga 508 meter. Danau Toba dikenal dengan pesona alam yang menakjubkan dan adat yang eksotis. Meskipun memiliki daya tarik yang luar biasa, Danau Toba masihlah jauh dari pengakuan global. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan Pulau Bali yang telah memikat dunia dengan pantainya yang memukau, budaya yang khas, serta infrastruktur dan layanan wisata yang memenuhi standar internasional.
Pulau Bali selalu ramai dengan pengunjung baik domestik maupun mancanegara. Berbeda dengan Danau Toba yang biasanya ramai ketika hari-hari besar atau acara tertentu. Pulau Bali juga lebih dikenal oleh kebanyakan warga negara asing. Hal ini terlihat dari banyaknya warga asing yang lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia itu sendiri. Meskipun demikian, keindahan Danau Toba tidak kalah menawan. Namun, mengapa Bali begitu terkenal, sedangkan Danau Toba masih berjuang mendapatkan perhatian dunia?
Danau Toba, dengan luas lebih dari 1.000 kilometer persegi, menyimpan pesona alam luar biasa, ditambah kehadiran Pulau Samosir di tengahnya sebagai simbol keunikan danau vulkanik terbesar di dunia. Potensi pariwisata berkelanjutan juga besar, terlihat dari data BPS Sumatera Utara yang mencatat 193.464 perjalanan wisatawan Nusantara ke Kabupaten Simalungun, 110.823 perjalanan ke Kabupaten Toba, 57.077 perjalanan ke Kabupaten Samosir, dan total perjalanan ke Kawasan Danau Toba yang lain mencapai 326.213 pada Agustus 2024. berkontribusi 20, 344% terhadap perjalanan menuju Provinsi Sumatera Utara.
Dengan berbagai keunggulan dan potensi, Danau Toba seharusnya lebih dikenal dunia. Namun, mengapa popularitasnya belum setara dengan Bali? Beberapa alasan dapat menjelaskan hal tersebut. Pertama, infrastruktur dan aksesibilitas yang terbatas. Meskipun Bandara Internasional Silangit telah mempermudah akses menuju Danau Toba, transportasi darat masih menjadi tantangan. Jalanan yang sempit, rusak dan kurangnya transportasi umum membuat wisatawan kesulitan menjangkau berbagai destinasi di sekitar danau. Sebagai perbandingan, Bali memiliki infrastruktur yang jauh lebih baik, termasuk bandara kelas dunia dan jaringan transportasi yang terintegrasi.
Alasan kedua ialah minimnya pemasaran internasional. Bali telah dikenal seluruh dunia sebagai surga wisata berkat promosi yang konsisten sejak puluhan tahun lalu, ditambah dengan pengalaman turis yang memuaskan membuat Bali dikenal dengan baik oleh masyarakat mancanegara. Sebaliknya, Danau Toba belum memiliki strategi pemasaran yang kuat untuk menarik wisatawan internasional. Kampanye pariwisata yang dilakukan masih terbatas yang menyebabkan potensi Danau Toba sebagai destinasi global belum tergarap dengan baik.
Alasan ketiga adalah kurangnya fasilitas dan pelayanan. Meskipun Danau Toba memiliki fasilitas yang banyak di sekitarnya, standar internasional masih belum terpenuhi, seperti hotel bintang 5, restoran kelas dunia, dan pusat hiburan. Data BPS Sumatera Utara 2022 menunjukkan bahwa mayoritas kawasan Danau Toba belum memiliki hotel bintang 5, berbeda dengan Bali yang memiliki 94 hotel bintang 5 pada 2023. Hal ini mempengaruhi pelayanan yang belum memenuhi ekspektasi wisatawan mancanegara. Harga barang yang mahal dan kualitas yang tidak sebanding membuat pengunjung enggan kembali. Rata-rata lama inap di Danau Toba pada 2022 hanya 1, 2 hari untuk tamu domestik dan 1, 66 hari untuk tamu mancanegara, lebih rendah dibandingkan dengan hotel bintang 5 yang rata-ratanya 2, 95 hari untuk tamu mancanegara dan 2, 3 hari untuk tamu domestik.
Alasan terakhir adalah lingkungan dan tata kelola yang belum baik. Banyak sampah di kawasan Danau Toba, terutama di ruas jalan, akibat kebiasaan pengunjung membuang sampah sembarangan dan minimnya tempat sampah. Pedagang kaki lima juga sering menghambat trotoar. Pemerintah perlu mengatasi masalah sampah dan menata pedagang kaki lima agar lebih teratur.
Pemerintah daerah sekitar Danau Toba dapat meniru Bali dalam mengelola kawasan pariwisata, yang telah membangun reputasinya sebagai destinasi wisata kelas dunia melalui berbagai strategi yang patut ditiru. Salah satunya adalah pemasaran yang konsisten dan kreatif. Kampanye pariwisata Bali seperti "Wonderful Indonesia" dan event internasional seperti Pesta Kesenian Bali telah berhasil menarik perhatian global. Pemerintah daerah Danau Toba dapat secara konsisten melakukan kampanye pariwisata untuk daerah Kawasan Danau Toba.
Danau Toba memiliki potensi besar untuk dikenal dunia berkat keindahan alam, budaya, dan potensi pariwisatanya. Bali berhasil melalui kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat lokal, serta program pelestarian budaya yang menarik wisatawan internasional. Danau Toba dapat belajar dari Bali dalam memperkuat branding, melibatkan masyarakat lokal, dan menjaga keberlanjutan pembangunan. Dengan investasi infrastruktur, promosi strategis, dan pengelolaan yang tepat, Danau Toba berpotensi menjadi destinasi wisata kelas dunia, "artikel Carlos Armando Marganda Tua Sitohang